Saya ingat pengalaman unik ayah dan kakak saya dalam perjalanan dari Cilacap ke Solo. Setiap akhir pekan ayah dan kakak saya biasanya menghabiskan akhir pekan di rumah kami yang di Solo. Ayah dan kakak saya bergantian mengemudi mobil dari Cilacap. Mereka biasanya memilih waktu malam untuk perjalanan untuk menghindari macet.
Suatu malam, setelah lembur kerja, mereka memutuskan untuk pulang ke Solo. Ayah saya pertama kali memegang kemudi. Tak begitu jauh, Ayah saya mulai terkantuk-kantuk. Mobil mulai kacau jalannya.
"Hati-hati!"
Entah berapa kali kakak saya mengingatkan ayah saya. Akhirnya kakak saya mengganti posisi ayah saya di belakang kemudi.
Tak begitu lama juga kakak saya mulai terkantuk-kantuk mengemudi. Mobil mulai melaju cepat dan kurang terkendali.
"Hati-hati!"
Ayah mengingatkan kakak saya untuk menjaga kecepatan.
"Kita ngebut saja sebelum mata kita mengantuk," bela kakak saya.
Karena kakak saya mulai mengantuk juga, ayah mengusulkan untuk mampir ke warung nasi goreng dan kopi seraya melemaskan persendian yang mulai pegal.
Setelah istirahat sejenak, kakak saya kembali mengambil kemudi mobil.
"Ayah tidur saja. Nanti saya bangunkan kalau sudah sampai rumah."
Ayah saya pun tak lama tertidur pulas dan bahkan disertai dengkuran keras.
Ketika perjalanan tinggal seperempat jalan, kakak saya menepikan mobil untuk istirahat sejenak di rest area.
Paginya ayah terbangun terlebih dahulu. Ia menepuk pundak kakak saya.
"Kita sekarang dimana? Kenapa kita belum sampai ke rumah? Bagaimana sich?"
Sambil mengucek-ucek matanya, kakak saya menanggapi dengan tersenyum
"Saya menuruti nasehat ayah. Kalau capek mengemudinya, ya istirahat di rest area. Cuman istirahatnya kelewatan sampai pagi. Lebih baik terlambat sampai pulang ke rumah, daripada kecelakaan hingga tak pernah sampai rumah."
Suatu malam, setelah lembur kerja, mereka memutuskan untuk pulang ke Solo. Ayah saya pertama kali memegang kemudi. Tak begitu jauh, Ayah saya mulai terkantuk-kantuk. Mobil mulai kacau jalannya.
"Hati-hati!"
Entah berapa kali kakak saya mengingatkan ayah saya. Akhirnya kakak saya mengganti posisi ayah saya di belakang kemudi.
Tak begitu lama juga kakak saya mulai terkantuk-kantuk mengemudi. Mobil mulai melaju cepat dan kurang terkendali.
"Hati-hati!"
Ayah mengingatkan kakak saya untuk menjaga kecepatan.
"Kita ngebut saja sebelum mata kita mengantuk," bela kakak saya.
Karena kakak saya mulai mengantuk juga, ayah mengusulkan untuk mampir ke warung nasi goreng dan kopi seraya melemaskan persendian yang mulai pegal.
Setelah istirahat sejenak, kakak saya kembali mengambil kemudi mobil.
"Ayah tidur saja. Nanti saya bangunkan kalau sudah sampai rumah."
Ayah saya pun tak lama tertidur pulas dan bahkan disertai dengkuran keras.
Ketika perjalanan tinggal seperempat jalan, kakak saya menepikan mobil untuk istirahat sejenak di rest area.
Paginya ayah terbangun terlebih dahulu. Ia menepuk pundak kakak saya.
"Kita sekarang dimana? Kenapa kita belum sampai ke rumah? Bagaimana sich?"
Sambil mengucek-ucek matanya, kakak saya menanggapi dengan tersenyum
"Saya menuruti nasehat ayah. Kalau capek mengemudinya, ya istirahat di rest area. Cuman istirahatnya kelewatan sampai pagi. Lebih baik terlambat sampai pulang ke rumah, daripada kecelakaan hingga tak pernah sampai rumah."
No comments:
Post a Comment