N.N.
Suatu ketika beberapa teman dan saya mengedarkan kotak sumbangan untuk membiayai aktivitas muda-mudi.
Mereka datang dari satu rumah ke rumah lain.
Mereka lama-lama mengenali sifat pemberi dana.
“Ia bicara panjang lebar, tapi hemat saat memberi dana.“
“Lihat ini. Ia menulis namanya besar-besar dan meminta kita menyebut namanya sebagai penyumbang dana,” imbuh temannya sambil menunjukkan blangko proposal.
“Mereka lebih mendingan. Ia meminta proposal kegiatan untuk dipelajari lebih lanjut. Ia mengembalikan begitu saja proposal tanpa bantuan dana,“ cerita seorang teman lain sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Siapa N.N?” tanya mereka saat melihatnya sebagai penyumbang terbesar aktivitas.
“Dermawan kita,“ jawab saya.
“Apa taktikmu berbicara denganya sehingga ia dapat mengeluarkan dana sedemikian besar?“
“Tak ada taktik. Saya justru ingin belajar seperti dia.“
“Alasan dia hanya mencantumkan N.N.?“
“Tangan kirimu jangan mengetahui perbuatan baik tangan kananmu,“ kutip saya.
“Banyak orang bertanya identitasnya.”
“Pencantuman identitas seringkali menghalangi kita untuk melihat besarnya hati yang ditaruh saat memberikan sumbangan. Kita cenderung besarnya uang yang ditaruh di kotak dana.”
No comments:
Post a Comment