
Pengait Celana
Sabtu sore kemarin Cindy mengajak saya menemaninya berjalan-jalan ke mal.
“Papa perlu beli celana baru,” kata Cindy sambil memegang celana jeans saya yang telah pudar warna aslinya.
“Asal Cindy bantu papa cari model celana yang cocok,” kata saya mengalah.
Kami akhirnya berburu celana panjang diantara gerai pakaian lelaki. Cindy mencari dari satu sudut dan saya juga mencari dari sudut lain.
Kurang lebih satu jam tangan kami bertemu di tengah-tengah gerai pakaian dan masing-masing mengambil satu celana panjang dengan merek dan ukuran celana yang sama.
Kami memperlihatkan pilihan satu sama lain dan terkejut karena selisih harga celana di tangan saya lebih dari setengah harga celan di tangan Cindy.
“Semuanya asli,” kata Cindy memperbandingkan keduanya.
Saya memperhatikan catatan kecil ‘harga dikurangi’ pada satu celana.
“Celana ini pengaitnya lepas,” kata saya.
“Kita pilih yang lebih miring harganya.”
“Bagaimana dengan pengaitnya?”
“Saya ingat seorang teman yang merasa kehilangan segala kehidupannya ketika keperawanannya diambil pacarnya,”
“Lalu?”
“Seperti celana, kita dapat menisik sisi kehidupan yang rusak,” katanya sambil memegang tangan saya menuju loket pembayaran.
No comments:
Post a Comment