Kerinduan
Seorang laki-laki setengah baya mengirimkan sepenggal kisah dari buku hariannya.
“Penyesalan. Barangkali kata itu terlalu miskin untuk mewakili perasaan saya saat ini.“
“Lebih dari dua tahun saya meninggalkan keluarga. Sejujurnya saya telah meninggalkan rumah kurang lebih lima tahun.”
“Peristiwa awalnya sangat sederhana. Saya ingin mencari variasi cinta di luar rumah. Selama tujuh belas tahun pernikahan, saya hidup dengan perempuan yang sama. Terbersit pikiran untuk mengalami kehidupan cinta bersama perempuan lain.”
“Pikiran itu menjadi kenyataan. Karir kerja saya naik. Saya memiliki penghasilan yang mampu menghidupi dua perempuan di dua rumah yang berlainan.”
“Saya mulai memiliki segudang alasan untuk terlambat pulang ke rumah. Saya selalu menemukan alasan untuk makan di luar rumah. Sampai akhirnya saya mengemasi barang-barang saya dan meninggalkan istri dan anak-anak saya.”
“Lebi dari dua tahun kemudian saya berdiri di depan pintu rumah yang pernah memberikan kasih kepada saya. Saya pulang dengan siap menerima bentakan ‘Mengapa engkau tega menyakiti kami?’”
Namun bentakan itu tak pernah keluar dari istri dan anak-anak di depan pintu.
“Pintu rumah terbuka karena kami rindu kepulanganmu.”
No comments:
Post a Comment