Kuda Poni
“Pulang yuk,” ajak Natalia sambil merangkul bahu puterinya.
Tamara memandang sekali lagi boneka kuda dari balik kaca toko mainan anak-anak.
Esoknya Tamara berjumpa dengan Margaretha.
“Kemarin mama dan aku pergi jalan-jalan. Aku menggambarnya sesampai di rumah.”
“Boneka kudanya cantik sekali. Kamu boleh naik boneka kuda itu?”
“Tadi malam aku menggambar kuda poni di toko itu. Aku meletakkannya di dekat bantal saat tidur. Aku bermimpi naik kuda poni,” ujar Tamara berbinar-binar.
“Aku dan kamu bergantian menaiki kuda itu,” lanjut Tamara.
Margaretha bertepuk tangan kecil. Tergambar di matanya ia duduk di punggung kuda poni yang berlari-lari kecil mengelilingi taman.
“Aku ingin sekali memiliki kuda poni.”
Bel masuk kelas memutus percakapan keduanya.
Tamara memeluk lukisannya setiap kali ia ingin naik kuda poni dalam mimpi tidurnya.
“Tuhan, beri aku mimpi naik boneka kuda poni,” pinta Tamara dalam doa malamnya.
Berteman temaram lampu tidur dan sehelai kertas, berkejaran dengan fajar, tangan Natalia merajut benang coklat.
“Tadi malam Tuhan menukar lukisanku dengan boneka kuda poni kecil ini. Ia berjanji membuatkanku kuda poni lebih besar,” ujar Tamara kepada Margaretha sebelum bel masuk kelas.
No comments:
Post a Comment