
Parutan Perhatian
Dominikus, seorang laki-laki yang telah menikah selama 6 tahun, mengunjungi ibunya pada akhir pekan. Andrea, ibunya, seorang janda yang memilih hidup dengan keempat anaknya setelah suami meninggal dunia karena kecelakaan kendaraan.
Sambil menemani ibu memasak di dapur untuk santap siang, Dominikus mengajukan pertanyaan,
“Ibu pernah digosipkan orang?”
Andrea berhenti memarut kelapa. Ia menatap dalam-dalam paras putera bungsunya.
“Kamu bertengkar dengan Stefani?”
“Stefani melempar wajah saya dengan segepok foto.”
Andrea melihat seorang perempuan muda yang sangat elok ngobrol, makan, berjalan, dan berpelukan dengan anaknya.
Andrea menyerahkan kelapa dan alat parut kepada anaknya.
“Parut kelapa ini lalu peras santannya.”
Mamanya mengangkat gagang telepon.
“Stefani, ya?.”
Beberapa saat kemudian Andrea berbicara kepada puteranya.
“Gossip ibarat ampas kelapa, sedangkan perhatian santannya.”
“Ibu sudah memberi tahu Stefani untuk jangan termakan gossip?”
“Sebaliknya. Ibu ingin engkau berterima kasih atas perhatian Stefani. Sisihkan kemarahan yang menyertai perhatian isterimu.”
2 comments:
Bagus ceritanya, Romo. Dalam sekali maknanya.
Menyadarkan saya, bahwa saat saya dibutakan oleh konsep dan label yg berbuahkan expectation tertentu, akhirnya saya gagal untuk "melihat" sesuatu "as is" dan gagal melihat sisi keindahannya.
Terima kasih, Romo.
Terima kasih banyak atas sharing-nya.
Kebijaksanaan itu datang dari dapur, dari seorang ibu yang memarut kelapa!
Post a Comment