
Seorang sahabat dekat saya baru saja mengirimkan foto bersama bayi perempuannya. Foto itu mengingatkan saya pada diary seorang ibu muda di sebuah desa di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Bidan rumah bersalin mengatakan bahwa proses kelahiran bayinya mungkin akan berlangsung lebih sulit. Saat dalam kandungan banyak tetangga mengira ibu itu mengandung bayi kembar. Berkat bantuan sang bidan, bayi berbobot 4,5 kilogram itu lahir dari rahim ibu itu. Kepala bayi anak laki-lakinya itu kurang simetris. Ibu itu mencari segala cara untuk membetulkan bentuk kepala putranya. Ia menempatkan banyak bantal di sekitar kepala bayi agar kepalanya tidak bergerak-gerak. Harapannya, bantal-bantal itu berfungsi seperti alat cetak yang akan mempercantik bentuk kepala anaknya. Ia berjaga setiap saat dekat bayinya agar ia dapat membetulkan posisi bantal-bantal yang mencangkok kepala putranya. Karena bayinya oversized, ia sementara waktu hanya boleh makan dan minum ASI.
Foto sahabat saya yang tersenyum ceria bersama putri manisnya itu juga menyimpan kisah kasih. Sebuah diary kasih sedang ditulis.
Inilah cinta seorang ibu. Ia memberikan seluruh dirinya bagi putranya.Ibu itu mengenang kebaikan bidan bernama Mutiara Tobing itu. Ia menempatkan nama depan bidan itu pada nama depan bayi laki-lakinya. Ia juga hendak mengenang tempat bayi itu lahir, yaitu di pulau Sumatra atau Andalas. Ia memberi nama putranya Mutiara Andalas. Nama itu sedemikian elok hingga hampir selalu mengundang "misteri" bagi siapa pun yang pertama kali mendengarnya. Sayalah sang bayi ajaib itu.
Foto sahabat saya yang tersenyum ceria bersama putri manisnya itu juga menyimpan kisah kasih. Sebuah diary kasih sedang ditulis.
No comments:
Post a Comment