Suatu ketika ada seorang pemudi yang mendatangi saya setelah ekaristi. Ia agak sewot karena ia beberapa kali mengirim e-mail, tetapi tak pernah mendapat balasan dari saya. Ia juga hampir frustasi menelepon saya karena selalu ada dering sibuk. Saya lalu berkisah mengenai aktivitas beberapa waktu terakhir ini. E-mail dia tak pernah terbalas karena tak pernah sampai di inbox saya. Banyak orang meminta doa saya. Beberapa datang ke rumah untuk sharing pengalaman hidup mereka.
Ia nampak sangat terkejut dengan daftar panjang orang-orang yang meminta doa dan datang kepada saya. "Hmmm... saya sama sekali nggak melihat ada sesuatu yang exceptional dalam diri romo. Terus terang aja ya Romo... no offense please... kalau saya punya problem dalam hidup, romo nggak terpikir tuh akan masuk dalam daftar top list orang akan saya datangi." "Saudariku, engkau menilai diriku sangat tepat. Tak ada sesuatu yang exceptional. Yang saya miliki juga kamu miliki. Yang saya lakukan engkau bisa lakukan juga setiap saat. Setiap kali orang datang kepada saya, saya berusaha untuk mendengarkan setiap abjad yang keluar dari bibirnya. Kemudian, saya akan berkata kepada mereka untuk membawa permohonan mereka dalam doa saya. Aktivitas yang biasa, mendengarkan dan mendoakan, menjadi aktivitas yang luar biasa karena saya memberikan waktu untuknya. Bilik suci ini menjadi tempat saya mempersembahkan doa-doa mereka yang datang kepada saya." Saya ingin mengingat John Mary Vianney, seorang kudus dari paroki pelosok Ars, yang banyak memberi inspirasi mengenai hidup sebagai imam di era milennia ini: mendengarkan dan mendoakan mereka yang datang kepada kita.
Ia nampak sangat terkejut dengan daftar panjang orang-orang yang meminta doa dan datang kepada saya. "Hmmm... saya sama sekali nggak melihat ada sesuatu yang exceptional dalam diri romo. Terus terang aja ya Romo... no offense please... kalau saya punya problem dalam hidup, romo nggak terpikir tuh akan masuk dalam daftar top list orang akan saya datangi." "Saudariku, engkau menilai diriku sangat tepat. Tak ada sesuatu yang exceptional. Yang saya miliki juga kamu miliki. Yang saya lakukan engkau bisa lakukan juga setiap saat. Setiap kali orang datang kepada saya, saya berusaha untuk mendengarkan setiap abjad yang keluar dari bibirnya. Kemudian, saya akan berkata kepada mereka untuk membawa permohonan mereka dalam doa saya. Aktivitas yang biasa, mendengarkan dan mendoakan, menjadi aktivitas yang luar biasa karena saya memberikan waktu untuknya. Bilik suci ini menjadi tempat saya mempersembahkan doa-doa mereka yang datang kepada saya." Saya ingin mengingat John Mary Vianney, seorang kudus dari paroki pelosok Ars, yang banyak memberi inspirasi mengenai hidup sebagai imam di era milennia ini: mendengarkan dan mendoakan mereka yang datang kepada kita.
No comments:
Post a Comment