Idul Fitri tahun ini dirayakan dalam dua waktu berbeda, namun dalam satu perayaan. Para sahabat Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah silakan menentukan waktu terbaik untuk merayakan Idul Fitri. Harapannya, jangan sampai spiritualitas Idul Fitri ternodai oleh perbedaan waktu perayaan. Kita juga berharap bahwa perbedaan waktu ini tidak terjadi karena perbedaan ideologis dari dua komunitas terbesar dalam Islam di Indonesia.
Daripada mempersoalkan soal waktu perayaan Idul Fitri yang berbeda, menurut saya kita lebih perlu membicarakan perayaan Idul Fitri tahun ini terjadi di tengah berbagai bencana alam dan kemanusiaan. Berbagai bencana alam memporakporandakan hidup warga Indonesia. Perayaan Idul Fitri di berbagai daerah pasca-gempa bumi dirayakan dalam keadaan darurat. Para sahabat yang terkena dampak kasus Lamentos harus berjuang lama untuk mendapatkan ganti rugi atau untung atas kehidupan mereka yang terkena dampak langsung luberan Lamentos. Kemiskinan masih menjadi persoalan paling utama dan fundamental, namun paling sering diabaikan dalam diskurus elit politik. Elit politik kita justru sibuk dengan pencitraan di depan publik daripada serius berpihak kepada kepentingan rakyat.
Idul Fitri tahun ini hendaknya dirayakan dalam solidaritas dengan banyak masyarakat Indonesia yang masih berada dalam situasi penderitaan. Ramadhan dalam Islam tidak hanya merupakan saat bagi komunitas beriman Muslim untuk mendekatkan diri kembali kepada Allah, tetapi juga dengan sesama. Perjalanan beriman seorang Muslim sepanjang bulan suci Ramadhan adalah peziarahan dari Allah menuju Allah. Peziarahan rohani ini seringkali diinterupsi kedosaan. Peziarahan ini dilanjutkan dalam hidup sehari-hari mulai dengan perayaan Idul Fitri sebagai peziarahan dari Allah menuju Allah dengan melawan setiap bentuk kedosaan yang mengancam kehidupan kita.
Sebagai warga kristiani yang tinggal diantara komunitas beriman Muslim, saya sangat salut atas kedewasaan komunitas beriman Muslim untuk menghargai keputusan para pemimpin mereka dalam menentukan tanggal perayaan Idul Fitri. Waktu perayaan boleh berbeda, namun spiritualitas Idul Fitri tetap sama. Saudara-saudari beriman Muslim di Indonesia banyak memberikan teladan kepada kami selama bulan ramadhan bagaimana bersujud di hadapan Allah dan pada saat yang sama mengulurkan tangan kepada sesama yang menderita karena bencana alam atau bencana sosial. Saya hendak berterima kasih atas undangan dari para sahabat Muslim yang senantiasa mengajak komunitas beriman lain untuk terlibat dalam pembelaan terhadap hidup rakyat, citra Allah yang terancam mengalami kematian prematur. Akhrinya selamat merayakan Idul Fitri. Allah tentu akan tersenyum kepada kita karena kita merayakan Idul Fitri pada solidaritas dengan hidup korban dan korban hidup akibat bencana alam dan sosial yang terjadi belakangan ini.
Daripada mempersoalkan soal waktu perayaan Idul Fitri yang berbeda, menurut saya kita lebih perlu membicarakan perayaan Idul Fitri tahun ini terjadi di tengah berbagai bencana alam dan kemanusiaan. Berbagai bencana alam memporakporandakan hidup warga Indonesia. Perayaan Idul Fitri di berbagai daerah pasca-gempa bumi dirayakan dalam keadaan darurat. Para sahabat yang terkena dampak kasus Lamentos harus berjuang lama untuk mendapatkan ganti rugi atau untung atas kehidupan mereka yang terkena dampak langsung luberan Lamentos. Kemiskinan masih menjadi persoalan paling utama dan fundamental, namun paling sering diabaikan dalam diskurus elit politik. Elit politik kita justru sibuk dengan pencitraan di depan publik daripada serius berpihak kepada kepentingan rakyat.
Idul Fitri tahun ini hendaknya dirayakan dalam solidaritas dengan banyak masyarakat Indonesia yang masih berada dalam situasi penderitaan. Ramadhan dalam Islam tidak hanya merupakan saat bagi komunitas beriman Muslim untuk mendekatkan diri kembali kepada Allah, tetapi juga dengan sesama. Perjalanan beriman seorang Muslim sepanjang bulan suci Ramadhan adalah peziarahan dari Allah menuju Allah. Peziarahan rohani ini seringkali diinterupsi kedosaan. Peziarahan ini dilanjutkan dalam hidup sehari-hari mulai dengan perayaan Idul Fitri sebagai peziarahan dari Allah menuju Allah dengan melawan setiap bentuk kedosaan yang mengancam kehidupan kita.
Sebagai warga kristiani yang tinggal diantara komunitas beriman Muslim, saya sangat salut atas kedewasaan komunitas beriman Muslim untuk menghargai keputusan para pemimpin mereka dalam menentukan tanggal perayaan Idul Fitri. Waktu perayaan boleh berbeda, namun spiritualitas Idul Fitri tetap sama. Saudara-saudari beriman Muslim di Indonesia banyak memberikan teladan kepada kami selama bulan ramadhan bagaimana bersujud di hadapan Allah dan pada saat yang sama mengulurkan tangan kepada sesama yang menderita karena bencana alam atau bencana sosial. Saya hendak berterima kasih atas undangan dari para sahabat Muslim yang senantiasa mengajak komunitas beriman lain untuk terlibat dalam pembelaan terhadap hidup rakyat, citra Allah yang terancam mengalami kematian prematur. Akhrinya selamat merayakan Idul Fitri. Allah tentu akan tersenyum kepada kita karena kita merayakan Idul Fitri pada solidaritas dengan hidup korban dan korban hidup akibat bencana alam dan sosial yang terjadi belakangan ini.
No comments:
Post a Comment