
[Munir dikenal adalah salah satu pejuang kemanusiaan Indonesia yang mengalami sendiri pengalaman korban yang dibelanya, yaitu mengalami kematian prematur. Ia menjadi martir para korban ketika pada tahun 2004 hidupnya diakhiri dengan racun arsenik dalam perjalanan menuju Amsterdam. Tulisan ini merupakan kelanjutan proyek penulisan Berpaling pada Wajah Korban: dari Amnesia menuju Anamnesis (2007). Saya mengundang rekan-rekan yang mengenal almarhum Munir untuk memberikan informasi di bagian comment. Saya sedang mendekati Suciwati, istri almarhum Munir dan anggota paguyuban keluarga korban kekerasan negara, untuk ikut berkisah mengenai martir korban kontemporer Indonesia. Barangkali saya akan menulis surat imajiner almarhum Munir dari surga kepada istri terkasihnya].
Quotation:
"Human rights in the sense of human solidarity has created a new universal and equal language going beyond racial, gender, ethnic or religious boundaries. That is why we consider it a doorway to dialogue for people of all socio-cultural groups and all ideologies."
Sumber dokumentasi foto:
www.inthesetimes.com/images/web/web/munir.jpg
No comments:
Post a Comment