Partai politik di Indonesia seringkali bertingkah layaknya tukang sulap. Mereka ingin mengucapkan kredo “I create as I speak.” Mereka lupa bahwa dukungan politik tidak bisa disulap dalam satu kerdipan mata. Masyarakat semakin tak mudah dikibuli partai politik. Mereka hanya kan memberikan dukungan politik kepada partai politik yang berkomitmen serius terhadap penderitaan rakyat. Mereka tidak mempan dengan mantra “abradacabra” yang dilancarkan para politikus pesulap.
Politik abradacabra memilih jalan pintas. Ia ingin memperoleh dukungan politik dari rakyat tanpa mau bersusah payah berurusan dengan persoalan rakyat. Politik ini sejak awal bersifat negatif karena ia tidak mau berbela rasa dengan penderitan rakyat. Politik ini jelas-jelas anti-rakyat. Mereka mengeksploitasi rakyat habis-habisan sebagai penggelembung suara politikus atau partai politik.
Politikus abradacabra tidak berpihak pada rakyat. Mereka memoles diri sehingga nampak berwajah populis. Mereka bersolek diri terus-menerus untuk menarik simpati rakyat. Pamflet politik mereka penuh janji manis kepada rakyat jika rakyat mau mencoblos partai politik mereka. Mereka menggunakan tokoh-tokoh publik terkenal sebagai mesin peraih simpati rakyat. Mereka membombardir kita dengan janji-janji yang tidak rasional kepada rakyat. Mereka suka membeli suara rakyat untuk mendapatkan dukungan politik. Mereka tak malu mengingkari janji politik yang pernah mereka usung saat pemilu.
Politik abracadabra ini tak hanya terjadi pada level nasional, tetapi sudah membiak pada level paling bawah. Pemilihan kepala desa pun di beberapa tempat dipenuhi dengan aktivitas bagi-bagi souvenir atau amplop. Suara rakyat hendak dibeli dengan uang. Tak mengherankan pemimpin yang terpilih dalam pemilu lewat politik uang ini memiliki eros ekonomi gila-gilaan demi mengembalikan modal yang hilang selama masa kampanye. Rakyat tak hanya diabaikan, tetapi juga diperas habis-habisan demi menggelembungkan perut politikus.
Politik berbasis rakyat adalah resistensi aktif terhadap politik abradacabra. Ia lahir dari rahim rakyat. Ia menggugat banyak partai politik di Indonesia yang tercerabut dari rakyat. Partai politik yang tidak berakar pada rakyat tidak memiliki masa depan. Ia tak tebar pesona karena ia sejak awal telah mempesona rakyat. Ia tidak melakukan ketidaksopanan politik demi menarik simpati rakyat. Politikus berbasis rakyat membawa kepentingan rakyat pada bahu mereka.
Pekerjaan rumah paling besar dari politikus Indonesia adalah melakukan silaturahmi dengan rakyat. Mereka pertama-tama harus minta maaf karena selama ini banyak melupakan, bahkan terang-terangan melanggar mandat yang diberikan rakyat kepada mereka. Selanjutnya mereka mengikhrarkan kembali kaul politik mereka untuk membawa kepentingan rakyat dalam hidup berbangsa. Permohonan maaf dan kaul politik terhadap rakyat tak pernah ada dalam kamus politik abradacabra. Yang ada dalam kamus politik mereka adalah meraih dukungan rakyat dengan cara-cara kotor dan kemudian mengeksploitasi rakyat. Politik berbasis rakyat tak mengenal jalan pintas untuk meraih dukungan politik dengan rakyat. Tugas politikus adalah berkoalisi dengan rakyat dan berkomitmen dengan persoalan-persoalan kamanusiaannya. Jangan pilih partai politik abradacabra (SELESAI).
Sumber dokumentasi:
www.richardnunemaker.com
No comments:
Post a Comment