Seperti biasa sewaktu pulang dari Gereja, hampir selalu ada umat yang berkumpul untuk ngobrol. Hari itu obrolan sangat seru. Hampir berantem malah. Exagerrated banget yach. Saking serunya sich. Ada dua orang ibu yang sejak dari pintu Gereja sampai hall pertemuan nggak berhenti beradu argumen.
"Eloe bilang kalau doa pada Tuhan kita musti spesifik. Gile bener. Itu doa apa malak Tuhan. Keterlaluan deh Eloe. Tuhan tuch udah tahu permohonan kita," kata seorang Ibu dengan nada tinggi.
"Eloe kira Tuhan itu cuman mikirin permohonan doa Eloe aja. Jangan buat tambah repot dengan minta Tuhan menerka-nerka permohanan Eloe," kata Ibu lain yang mulai panas dengan komentar ibu pertama.
Saya yang hari itu lewat di depan mereka jadi deh "korban" pertengkaran mereka. "Gimana tuch, Mo An?" Masing-masing berharap saya membela mereka. "Waduh (sambil garuk-garuk kepala) saya kok nggak pernah mikir sedalam kalian ya. Kalau saya berdoa nih biasanya ada dua hal yang ada dalam hati saya.
Satu, saya memulai doa saya dengan mengucapkan syukur, bukan permohonan.
Kedua, saya akan memulai dengan doa permohonan bagi orang lain, baru kemudian doa permohonan saya.
Ketiga, Tuhan akan mengabulkan permohonan yang baik.
No comments:
Post a Comment