Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Wednesday, December 12, 2007

S.O.S

Kami punya sebuah rumah besar dengan banyak kamar tamu di Jogjakarta. Sebagian besar penghuninya menyandang gelar doktor dari berbagai universitas bergengsi dari luar negeri. Rumah kami strategis untuk tempat transit tamu yang dalam perjalanan antar pulau atau kota. Kami senang bisa mengenal wajah-wajah yang sebelumnya cuman kami tahu namanya. Tetapi beberapa anggota merasa direpotkan dengan kehadiran tamu-tamu itu. Maklum beberapa dari mereka minta di-booking-kan tiket kereta atau pesawat. Mereka hampir selalu menggerutu sebelum melakukannya atau menolaknya tapi tak lupa memarahi yang minta bantuan.
"Memang kalian anggap saya ini siapa? Emang kalian kira saya ini 'babu' ? Apa kalian nggak bisa lakukan sendiri? Berapa sich beda harganya? Kalian ini ngrepotin orang lain saja! Saya paling nggak suka orang main suruh seperti pejabat."
Mereka berkata sambil berkacak pinggang. Kemarahan itu diulang-ulang terus padahal mereka kadang tak jadi membelikan tiket.
Di rumah saya sekarang ini saya tinggal bersebelahan dengan seorang doktor emeritus generasi Paul Anka. Ia sangat cerdas dan mengarang puluhan buku kelas berat. Saya pernah memeriksakan PR kuliah pada dia. Kadang-kadang saya berpikir,
"Apa seorang doktor besar seperti dia mau membetulkan grammatical error paper kuliah saya?"
Saya lumayan gemeteran juga minta bantuan dia.
"Kapan saja kamu butuh bantuan saya, silakan kontak saya."
Jawaban dia membuat saya hampir melonjak kegirangan di depan dia.
"Thank you. You save my soul, brother,"
Saya merenung lama melihat dua pribadi kontras itu. Posisi, entah itu gelar pendidikan, jabatan, kekayaan, dsb - tak jarang mengubah penampilan diri kita. Sayangnya seringkali posisi tinggi memperburuk kepribadian kita.

No comments: