“Engkau menyebutku santo ketika aku memberi makan kepada orang miskin yang lapar. Engkau menuduhku komunis ketika aku menanyakan alasan kelaparan orang miskin sehingga mereka tak dapat makan."
Ia sangat peduli dengan imam, katekis, awam yang berkali-kali masuk ke penjara, menderita penganiayaan, dan bahkan kematian dini karena terlibat dalam pelayanan bagi orang miskin bersamanya.
Suatu malam sebuah keluarga yang ketakutan mencari Dom Helder. Aparat polisi menahan salah satu anggota mereka dan menyiksanya di barak. Dom Helder segera menelepon kepala kepolisian.
“Dom Helder bicara. Engkau menahan saudara laki-lakiku.”
“Tahanan itu saudara laki-laki Uskup?”
“Ya. Meskipun kita memiliki nama berbeda, namun kita anak-anak dari Bapa yang sama.”
Kepala polisian segera memohon permintaan maaf kepada Dom Helder dan memerintahkan bawahannya untuk melepaskan tahanan itu.
Suatu ketika seorang pembunuh bayaran mengetuk pintu rumah Dom Helder untuk mengakhiri kehidupannya. Ia urung melaksanakan rencananya begitu Dom Helder menyambutnya di pintu rumah.
“Aku tak sanggup membunuhmu. Engkau kepunyaan Allah!”
No comments:
Post a Comment