
Seorang profesor psikologi sebuah universitas ternama suatu kali mendapat undangan dari salah satu mahasiswinya untuk makan malam dengan keluarganya. Setelah santap malam bersama, keluarga itu melanjutkan obrolan di ruang tamu.
Saat asyik ngobrol, adik paling bungsu dari mahasiswi itu mendekati professor dengan buku di tangannya.
“Om profesor maukah Engkau mengoreksi pekerjaan rumahku?”
“Tentu anakku. Pekerjaan rumah mata pelajaran apa?”
“Bahasa Indonesia. Kami sedang belajar ejaan bahasa yang baik dan benar.”
Profesor lalu melihat pekerjaan anak kecil itu dengan teliti. Mata anak kecil itu mengikuti gerak pensil profesor yang sedang mengoreksi pekerjaan rumahnya.
Setelah beberapa saat, profesor itu meletakkan pensilnya. Tak ada satu kata pun yang benar ejaannya dalam pekerjaan rumah anak itu.
Profesor meminta anak itu duduk di dekatnya. Sambil menyentuh pundaknya dengan penuh kasih, ia berkata,
“Pekerjaan rumahmu bagus sekali. Garis batas di semua sisi sangat rapi. Tulisanmu juga sangat bersih dan mudah dibaca.”
“Terima kasih, Om professor. Saya telah berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan rumah hampir seminggu penuh. Lain kali saya akan lebih teliti dengan ejaan bahasa saya,” kata anak itu sambil tersenyum manis.[1]
No comments:
Post a Comment