Beberapa tahun lalu, Matius, suami dari Martha, meninggal dini karena serangan jantung. Martha, memutuskan untuk meninggalkan kedua anaknya di rumah saat pemakaman. Ia berpikir,
"Tentu sangat sulit bagi anak-anak melihat papa mereka dimasukkan ke liang lahat."
Bertahun-tahun setelah kematiannya, pekuburan menjadi tempat yang menakutkan bagi anak-anak itu.
Suatu hari, Martha mengajak saya untuk mengunjungi pekuburan dan mengundang kedu anaknya untuk pergi bersama kami. Anak sulungnya menolak pergi bersama kami karena menyimpan ketakutan, sedangkan anak bungsunya memutuskan untuk pergi bersama kami.
Ketika kami tiba di makam Matius, kami duduk di rerumputan sekitar makamnya yang berukir kalimat,
"Pribadi yang baik dan lemah lembut."
Saat kami duduk, kami berkisah tentang hidup almarhum Matius.
"Suatu saat kita mungkin berpiknik di sini. Pekuburan ini bukan hanya tempat untuk berpikir tentang kematian, melainkan juga tempat untuk merayakan kehidupan. Di makam kita menemukan kekuatan baru untuk melanjutkan kehidupan."
"Bukankah Yesus sendiri mengundang kita untuk merayakan ekaristi sebagai kenangan akan wafat-Nya?"
Beberapa hari kemudian Martha mengajak anak sulungnya untuk mengunjungi makam papanya. Anak bungsunya meyakinkan kakaknya,
"Engkau tak perlu takut, Kak."
Sekarang mereka seringkali berkunjung ke makam Matius dan berkisah satu sama lain mengenai Matius, suami dan papa.
Disadur dari Henry J.M. Nouwen, Here and Now: Living in the Spirit (New York: Crossroad, 1997), 39 - 40.
http://news.bbc.co.uk/media/images/38394000/jpg/_38394583_woman2x3afp.jpg
"Tentu sangat sulit bagi anak-anak melihat papa mereka dimasukkan ke liang lahat."
Bertahun-tahun setelah kematiannya, pekuburan menjadi tempat yang menakutkan bagi anak-anak itu.
Suatu hari, Martha mengajak saya untuk mengunjungi pekuburan dan mengundang kedu anaknya untuk pergi bersama kami. Anak sulungnya menolak pergi bersama kami karena menyimpan ketakutan, sedangkan anak bungsunya memutuskan untuk pergi bersama kami.
Ketika kami tiba di makam Matius, kami duduk di rerumputan sekitar makamnya yang berukir kalimat,
"Pribadi yang baik dan lemah lembut."
Saat kami duduk, kami berkisah tentang hidup almarhum Matius.
"Suatu saat kita mungkin berpiknik di sini. Pekuburan ini bukan hanya tempat untuk berpikir tentang kematian, melainkan juga tempat untuk merayakan kehidupan. Di makam kita menemukan kekuatan baru untuk melanjutkan kehidupan."
"Bukankah Yesus sendiri mengundang kita untuk merayakan ekaristi sebagai kenangan akan wafat-Nya?"
Beberapa hari kemudian Martha mengajak anak sulungnya untuk mengunjungi makam papanya. Anak bungsunya meyakinkan kakaknya,
"Engkau tak perlu takut, Kak."
Sekarang mereka seringkali berkunjung ke makam Matius dan berkisah satu sama lain mengenai Matius, suami dan papa.
Disadur dari Henry J.M. Nouwen, Here and Now: Living in the Spirit (New York: Crossroad, 1997), 39 - 40.
http://news.bbc.co.uk/media/images/38394000/jpg/_38394583_woman2x3afp.jpg
No comments:
Post a Comment