Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Saturday, March 8, 2008

Hati yang Memberi

Hati yang Memberi

Oleh Anonymous di Amerika

Sewaktu saya hendak ke pasar, saya lewat salah satu gang, ternyata saya melihat seperti ordo Mother Teresa, jadi saya penasaran, apakah saya salah lihat atau betul ada yayasan Mother Teresa di sekitar itu.

Selang beberapa bulan, saya memberanikan diri untuk mampir dan ingin cari tahu mengenai kegiatannya. Suster kepalanya sangat ramah dan banyak senyum. Saya sempat juga berdoa sebentar di ruangan adorasinya. Setelah itu saya mohon diri.

Tiba-tiba di perjalanan pulang ke rumah, timbul ide saya, bagaimana kalau saya ulang tahun nanti, saya akan merayakan bersama mereka. Saya sudah berjanji, kalau saya menerima hadiah uang, saya akan serahkan semuanya ke yayasan tersebut.

Tibalah saat ulang tahun saya, banyak kerabat dekat yang datang, juga memberikan saya hadiah-hadiah juga gift card.

“Mother belum ada yang memberikan saya cash. Saya sudah berjanji untuk merayakan bersamaMu, “kata saya dalam hati.

Begitu saya selesai bercakap-cakap dengan Mother Teresa, tiba-tiba bel berbunyi, datanglah tamu terakhir, dia berkata:

“Maafkan saya tidak sempat shopping, lebih baik saya kasih mentahan saja ke kamu.”

Saya peluk tamu tersebut, sampai tamu tersebut sangat surprised melihat saya sangat bahagia sekali. Akhirnya saya ceritakan permasalahannya. Kami berdua sangat terharu. Dia ingin ikut juga melihat yayasan Mother Teresa. Akhirnya kami berjanji untuk menghantar hadiah tersebut bersama.

Suster Damascene yang menerima kami, seperti biasa selalu ramah dan setelah kami berdoa di ruangan adorasi. Saya sangat bahagia sekali, seolah-olah saya merasakan bisa bersama-sama mereka di perjamuan makan. Saya hanya masukan uang tersebut di dalam amplop tanpa nama saya juga tanpa menyebutkan berapa isinya. Setelah itu kami mohon diri.

Obrolan di jalan, teman saya bertanya

“Apakah suster itu masih ingat dengan kamu?”

“Saya berkata tidak tahu, apakah dia tahu saya atau tidak, tapi saya yakin Mother Teresa hadir di sana.”

Beberapa hari kemudian, saya menerima tanda terima dari kantor pusat,

“Kami sudah menerima sejumlah uang yang saya berikan.”

Luar biasa. Kali ini saya yang dibuat surprised!

Suster Damascene pernah berkata kepada saya,

“Mother Teresa tidak mau publikasi, jadi cukup dengan doa saja kami mengumpulkan dana atau sumbangannya. Dia ingin sumbangan itu keluar dari hati sendiri, bukan karena terpaksa.”

Sekali lagi saya dibuat terpesona. Doa itu sangat sederhana tapi dayanya menakjubkan.

No comments: