Beberapa hari lalu saya pulang kemalaman. Karena bus malam belum kelihatan juga, saya akhirnya memutuskan untuk jalan kaki saja. Bulu kuduk saya mulai merinding karena jalan pintas yang saya lalui ternyata terkenal sebagai daerah orang-orang malam. Belum lama melangkah, saya melihat beberapa mobil polisi merapatkan sebuah mobil. Para polisi itu mengacak-acak bagasi belakang mobil seorang latino dan segera memborgolnya karena mendapati narkotika.
Saya juga mendapati laki-laki berkulit hitam berdiri di sudut-sudut gelap gang dan melambaikan tangannya kepada saya dan menawarkan sesuatu kepada saya. Beberapa malahan mendekati arah jalan saya. Kaki saya mulai bergegas berjalan seperempat berlari.
Saat sedang buru-buru berjalan, sebuah mobil dengan suara musik yang memekakkan telinga merapat ke tempat saya berjalan.
"Brak!" Mereka melemparkan botol minuman keras disertai umpatan.
"Bitch! Jalang kamu!"
Saya spontan ingin berkacak pinggang dan gantian ingin membalas dampratan mereka. Namun, niat itu urung setelah saya melihat sekeliling. Saya berpapasan dengan puluhan perempuan yang lalu lalang dengan sapaan yang hampir sama.
"Mampir, Mas. Mau kencan?"
Yang lewat daerah itu pun terkena efek samping sebutan jalang.
Saya juga mendapati laki-laki berkulit hitam berdiri di sudut-sudut gelap gang dan melambaikan tangannya kepada saya dan menawarkan sesuatu kepada saya. Beberapa malahan mendekati arah jalan saya. Kaki saya mulai bergegas berjalan seperempat berlari.
Saat sedang buru-buru berjalan, sebuah mobil dengan suara musik yang memekakkan telinga merapat ke tempat saya berjalan.
"Brak!" Mereka melemparkan botol minuman keras disertai umpatan.
"Bitch! Jalang kamu!"
Saya spontan ingin berkacak pinggang dan gantian ingin membalas dampratan mereka. Namun, niat itu urung setelah saya melihat sekeliling. Saya berpapasan dengan puluhan perempuan yang lalu lalang dengan sapaan yang hampir sama.
"Mampir, Mas. Mau kencan?"
Yang lewat daerah itu pun terkena efek samping sebutan jalang.
No comments:
Post a Comment