
Kamu Lapar?
Suatu malam saya menunggu kereta api dari arah San Fransisco menuju Berkeley. Tempat tunggu kotor oleh ceceran makanan dan minuman, serta kardus makanan dan gelas minuman.
Saya meletakkan buku bacaan dan membersihkan sampah di sekitar saya. Saya gagal menemukan tempat sampah.
“Saya akan membuangnya di Berkeley kalau begitu.”
Kira-kira lima menit sebelum jam keberangkatan kereta, seorang perempuan muda mengambil tempat duduk di sebelah saya.
Ia melihat saya mengemasi kardus makanan dan gelas minuman ke dalam plastik.
Ia memandang saya sambil tersenyum manis. Ia kemudian membuka tas kertas berisi makanan dan menyodorkannya kepada saya.
“Kamu lapar? Enak kok. Saya tadi menyisihkannya di restoran karena porsinya terlalu banyak,” katanya penuh rasa iba.
Saya garuk-garuk kepala sebentar.
“Ia pasti mengira aku tunawisma yang mencari sisa-sisa makanan,” batin saya sambil menahan diri agar tidak kelepasan tersenyum menanggapi tawarannya.
“Ambillah,” katanya sambil mengajak saya berkenalan.
No comments:
Post a Comment