
Kepingan Hati
Akhir pekan ini seorang ibu lansia mengajak saya untuk mengunjungi seorang ibu yang baru saja ditinggal cerai mantan suaminya.
Saat berjalan kaki ke rumahnya, ibu lansia itu berkata penuh nada kemarahan,
“Saya sumpahin mantan suami ibu itu lekas mati dan masuk neraka.”
Rumah yang kami tuju sangat kecil dan hanya diterangi lampu minyak. Ia dan anak-naknya berbagi cahaya lampu minyak yang cuma satu.
Ibu lansia kembali mengungkapkan kekesalannya
“Keterlaluan! Apakah laki-laki itu masih manusia sampai ia tega meninggalkan istri dan anak-anaknya begitu saja?”
Saya melihat kerutan-kerutan pada wajah ibu itu.
“Saya tidak bakalan kuat menanggung kehidupan seperti ini,” lanjut ibu lansia.
“Bagaimana ibu dapat menjalani kehidupan berat ini?” tanya .
Ibu itu mengambil sapu tangan untuk mengelap air mata yang membasahi pipinya.
“Saat mengambil keputusan sepihak untuk menceraikan saya demi perempuan lain, suami menghancurkan hati saya hingga berkeping-keping.”
“Ibu ini meminta suaminya untuk merawat semua anak dari perkawinan mereka,” potong ibu lansia.
“Saya menyatukan kembali kepingan-kepingan hati itu dan memberikannya kepada anak-anak.”
No comments:
Post a Comment