
Pelangi di San Francisco
Pagi ini Albert masuk kantor dan melakukan pekerjaan rutin yang ditekuninya selama empat tahun terakhir.
“Saya mulai mencintai pekerjaan ini,” akunya.
Aktivitas rutinnya tersela ketika ia mendapat pemberitahuan dari atasannya.
“Hari ini kamu terakhir bekerja di kantor ini. Silakan berkemas.“
Ia tersedak kata-kata atasannya.
“Saat mengemasi barang-barang pribadi, saya merasa sakitnya dicampakkan dari rumah keduanya. Apalagi pemutusan kerja berlangsung tanpa pemberitahuan awal.“
Hari berikutnya ia berjalan menyusuri kota sambil memahami peristiwa yang baru saja menimpanya.
Entahlah pagi itu kota tertutup kabut tebal. Siangnya langit tertutup awal tebal. Hujan deras kemudian turun.
“Kehidupanku terhalang kabut tebal. Langit kehidupanku tertutup awan hitam. Sebenarnya kamu punya rencana apa pada saya Tuhan?” teriak di tengah derasnya air hujan sambil meneteskan air mata.
Sebentar setelah hujan reda, Albert melihat pelangi terbit.
Parasnya yang semula muram kendor karena senyum di bibir yang mengembang.
“Ini boleh jadi tanda dari Tuhan untuk pulang ke Indonesia.“
No comments:
Post a Comment