Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Monday, September 15, 2008


www.krftp.com/.../China%20Holding%20Hands.jpg

Saat Pengampunan


Suatu siang saya bersama seorang sahabat berkunjung ke rumah seorang ibu yang beberapa tahun begitu saja ditinggalkan suaminya tanpa kepastian status.

“Saya sungguh belajar mengenai pengampunan,” tutur ibu itu.

“Pengalaman ditinggalkan suami tentu sangat melukai hati ibu,” kata saya menanggapi kisahnya.

“Luka itu belum pulih sepenuhnya. Ia seperti batu keras yang bersarang pada tubuh saya,” katanya sambil mengambil nafas panjang.

“Ibu akan menyambut kedatangan suami jika ia tiba-tiba kembali ke rumah?” tanya saya penuh ingin tahu.

“Pintu hati saya selalu terbuka.”

“Bagaimana ibu dapat mengampuni suami jika luka hati belum sembuh benar?” kejar sahabat saya.

“Pengampunan seringkali merupakan sebuah gerakan, bukan peristiwa. Kita diharapkan mengenali saat pengampunan.”

“Maksudnya?” potong sahabat saya kebingungan.

“Kita mengampuni orang lain, sekaligus sadar bahwa luka kita terhadapnya belum pulih total.”

“Jika demikian, kita tidak boleh terburu-buru dalam mengampuni. Kita jangan menipu diri terhadap luka yang masih bersarang dalam hidup kita,” kata sahabat saya.

“Kita tidak boleh pula berlambat-lambat meminta pengampunan,” tambah ibu itu.


No comments: