Kuasa Kata: Menyapa

Saya pada awalnya mendesain blog ini sebagai gudang penyimpanan tulisan. Saya kemudian mengalihkan fungsinya sebagai ruang kemanusiaan. Layaknya seorang photografer, saya membingkai berbagai kehidupan manusia dalam beragam frame. Blog ini menawarkan senyuman, tetapi sekaligus air mata kehidupan.
Semoga setiap nama dan peristiwa dalam blog ini menyapa hidup pembaca. Kata yang baik memiliki kuasa untuk menyapa.

Mutiara Andalas, S.J.


Friday, November 21, 2008


http://www.afterellen.com/archive/ellen/blog/uploads/freedom_writers.jpg

Perceraian

Buku Harian terkasih,

Suatu hari aku dan saudara perempuanku melihat foto di kamar orang tua. Kami menemukan foto ibu dengan laki-laki asing berangkulan mesra dalam pakaian mandi di hotel. Padahal ibu dan ayah masih menikah.

“Siapa yang memperbolehkan kalian memasuki kamar ibu? Kalian tidak punya hak untuk mengacak-acak barang-barangnya. Laki-laki itu hanya sekedar teman.”

Aku tahu ayah akan mengetahui perselingkuhan isterinya suatu ketika dan keluarga akan retak.

Beban hidup di pundakku bertambah berat karena situasi serupa nampaknya akan menimpa kelasku. Teman-teman sekelas menjadi keluarga keduaku. Ibu guru Gruwell berkehendak mengajar kami hingga lulus, Namun guru lain cenderung menceraikan kami. Mereka iri dengan keberhasilan kelas bersama ibu guru Gruwell.

“Kelas menjadi keluarga terakhirku setelah orang tuaku berjalan menuju perceraian.”

“Di kelas setiap pribadi menerimaku dan aku menerima mereka. Kami berjalinan bukan sekedar dengan tangan, melainkan dengan hati.”

“Saya takut sekali. Saya takut kedua keluargaku akan terserak karena perceraian. Kepada siapa kami berpaling setelahnya?”


No comments: