Medali Kekuatan
Seorang sahabat kemarin mengajak saya untuk berkunjung ke rumah orang tua sahabatnya yang baru saja didiagnosis kanker.
Anakknya berkata kepada saya,
“Ayah saya terhenyak dengan temuan dokter. Ia akan gembira sekali kalau Saudara berkenan berdoa untuknya.
Kami kemudian duduk menyendiri di kebun. Setelah beberapa saat henting, ia mengisahkan hidupnya kepada saya,
“Bagaimana kabar bapak?”
“Hidup saya bertumpuk penyakit. Saya butuh waktu lama untuk menerimanya. Saya juga mengakui sebagian besar penyakit itu hinggap dalam tubuh saya karena keteledoran menjaga kesehatan.”
“Setiap kali makan, saya harus mengunyahnya hingga lembut. Kalau tidak, saya akan mudah tersedak,” lanjutnya.
Saya memegang tangannya lama,
“Saudara ingin didoakan apa?”
“Saya percaya Tuhan memiliki 1001 cara untuk menjamah kehidupan saya. Hanya satu permohonan saya. Saya ingin ia memberi kekuatan untuk kuat hidup dengan penyakit ini.”
Ia kemudian menunjukkan medali yang di kedua sisinya bertahtakan tulisan,
“Saya mungkin tidak menyukainya, namun saya harus menerimanya.”
Wajahnya tertunduk sejenak, dan sebutir air mata jatuh ke tangan saya. Saya mengulang pesan dalam medali saat berdoa baginya.
No comments:
Post a Comment